MIMPI SEORANG ANAK KYAI

Minggu, 07 Agustus 2011


 
Santi adalah anak seorang kyai ternama di kampungnya, yaitu kampung Widodaren, Petarukan Pemalang.Ibunya sudah meninggal ketika melahirkan dia ke dunia. Dari kecil dia diasuh oleh ayahnya, sehingga ia diajarkan ilmu agama yang bisa dinamakan cukup. Dia terkenal cantik sampai desa sebrang, sehingga dia dijuluki Kembang Desa. Dia tinggal di rumah yang sederhana, namun dia memiliki cita-cita tinggi yaitu ingin menjadi dokter, namun ayahnya tidak sanggup membiayainya.
Seperti biasa setiap sore Santi membuatkan teh untuk ayahnya, dan sore ini juga dia ingin bicara masalah penting dengan ayahnya.
Santi   :“Pak ini tehnya .”(sambil membawa secangkir teh).
Pak kyai : “terima kasih nduk”.
Santi   :” Pak aku mau ngomong tapi bapak jangan marah ya.”
Pak kyai :”yo nduk,kamu mau ngomong apa to kok kayaknya serius banget ?”
Santi   :” Lulus smp aku ingin meneruskan ke SMA di kota dan kata teman-teman aku sma 1 batang SMA Favorit pak,boleh tidak ?”
Pak kyai :”apa (terkejut) ? SMA 1 Batang RSBI nduk lha bayarnya mahal nduk nanti bapake posing”
 Santi  :”tapi, aku ingin sekali pak, agar cita-citaku tercapai.”
Pak kyai:”Cita-citamu apa, nduk?”
Santi   : “ingin jadi dokter, pak.”
Pak kyai:”Ojo nduk, kamu tu lulus smp nikah saja soalnya bapak udah punya jodoh buat kamu.”
Santi   :”Apa?, pak aku ingin jadi dokter, pak.”
Pak kyai :”Buat apa sekolah tinggi-tinggi, toh nanti kamu tetap di dapur juga.”(Santi masuk ke kamar dengan rasa kecewa).
 Dia kehilangan semangat belajar. Setiap hari di sekolah dia terlihat murung. Ayahnya pun cemas akan keadannya. Hari-haripun berlalu dan Pengumuman Kelulusan pun tiba. Santi mendapat nilai rata-rata 9.7 dan guru-gurunya sangat bangga dengan hasil kelulusan yang diraih oleh santi. Gurunya menyarankan agar Santi mendaftar ke RSMABI 1 Batang. Dia kembali bicara tentang masalah tersebut dengan ayahnya.
Santi   :”Pak sekali lagi aku ingin bicara,bisa tidak ?”
Pak kyai :”bicara apa lagi nduk ?”
Santi   :”kata guru-guru,saya disuruh mendaftar ke RSMABI 1 Batang boleh tidak ?”
Pak kyai :”Sudah si nduk kamu itu nikah saja,apa mau mondok ke Randudongkal ?”
Santi   :”(santi berfikir).Ya sudah pak saya mondok saja ke Randudongkal.”
Pak kyai :”Ya udah nduk, besok bapak daftarkan kesana”
          Akhirnya Santi pun meneruskan Pendidikannya ke Randudongkal,di Randudongkal Santi terlihat dekat dengan Kyainya dan banyak bertanya tentang problematika yang sedang ia hadapi. Pada suatu hari Santi pun bertanya beberapa pertanyaan, yaitu :
  1. Bagaimana hukumnya jika wanita dipaksa untuk tidak sekolah tinggi-tinggi ?
  2. Bagaimana hukumnya jika pernikahan dipaksakan sedangkan yang memaksa adalah orang tua, jka menolak pernikahan tersebut apakah disebut anak durhaka ?

Pak kyai pun menjelaskan secara panjang lebar :
1.     “Seperti ini cah ayu, menunutut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang islam dan barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, itu sama juga dengan berjuang di jalan Allah SWT. Pernyataan tersebut tertuang dalam hadist yang diriwayatkan dari Anas bin Malik dan juga dari HR. Ibnu Majah. Orang tuamu seperti itu karena mereka ingin agar kamu tidak susah di hari kelak. Ataupun ada maksud tertentu untuk kebaikanmu. Mana ada sih orang tua yang ingin melihat  anaknya menderita di kemudian hari?”
2.     “Dalam Islam, wajib bagi wali menanyai pendapat calon istri dan menanyai kerelaannya, sebelum diaqadnikahkan. Sebab pernikahan merupakan pergaulan abadi dan persekutuan suami istri, kelanggengan, keserasian, kekalnya cinta dan persahabatan, tidak akan terwujud apabila keridhaan fihak calon isteri belum diketahui. Oleh sebab itu, Islam melarang menikahkan dengan paksa, baik gadis atau janda dengan pria yang tidak disenanginya. Aqad nikah tanpa kerelaan wanita, tidaklah sah. Ia berhak menuntut dibatalkannya perkawinan yang dilakukan oleh walinya dengan paksa tersebut. Alasannya:
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Janda lebih berhak kepada dirinya sendiri daripada walinya. Dan gadis hendaknya dimintai idzinnya dalam perkara dirinya. Dan izinnya adalah diamnya.” (HR jamaah, kecuali Bukhari).
Dari Ibnu Abbas bahwa seorang gadis datang kepada Rasulullah lalu ia menceritakan kepada beliau tentang ayahnya yang mengawinkannya dengan laki-laki yang tidak ia sukai. Maka rasulullah menyuruh dia untuk memilih (menerima atau menolak). (HR Ahmad, Abu dawud, Ibnu Majjah dan Daruquthni).”
Santi terlihat sangat memperhatikan ketika Pak kyai menjelaskan. Karena itu menyangkut masa hidupnya kelak. Seluruh permasalahan yang ia hadapi dalam hidupnya yang belum mengerti hukum-hukumnya, ia tanyakan kepada Kyai-Kyai di Randudongkal.
Tidak terasa sudah 6 bulan Santi berada di Randudongkal. Disana ia makan dan minum seadanya, orang-orang sekitar terjangkit penyakit kulit. Sehingga membuatnya tidak betah dan memutuskan untuk kabur dari Pesantren ke Jakarta. Dia ke Jakarta naik bus dengan uang seadanya. Ketika Santi dimintai uang oleh sang kondektur, ternyanta uang Santi tidak cukup sehingga ia diturunkan di pusat keramaian kot. Santi yang baru pertama kali melihatnya pun tercengang dan bingung dimana ia sekarang. Sambil menahan lapar dan dahaga karena puasa, Santi menyusuri kota yang banyak gedung pencakar langit tersebut. Diperjalanan menyusuri kota, Santi tersrempet mobil dan ia dibawa ke Rumah penyerempet. Di rumah Pemuda itu Santi begitu kagum karena rumahnya sangat besar dan mewah. Ketika sampai di dalam ruang tamu, Santi diobati agar lukanya tidak infeksi.
          Tidak lama kemudian terdengar adzan yang menandakan waktu Berbuka Puasa telah tiba. Santi pun dibangunkan untuk berbuka bersama.Disaat berbuka puasa terjadilah percakapan antara Santi dan Pemuda tersebut dan ternyata Pemuda itu bernama Gama. Waktu Santi menceritakan cita-citanya sebagai dokter tapi tidak durestui ayahnya,  Gama pun menawarinya untuk tinggal untuk sementara dan bantu-bantu dia di klniknya, karena Gama adalah seorang Dokter .
          Mendengar penawaran tersebut, Santi terlihat sangat gembira dan langsung menganggukan kepalanya. Karena ini kesempatan yang sangat dinanti Santi, karena dengan bantu-bantu Gama dia dapat ilmu kedokteran dari Gama. Walaupun hanya sedikit, namun itu sudah memberi kepuasan tersendiri baginya.
          Hari berganti hari mereka pun saling mengenal. Suatu hari, di saat berbuka puasa terjadi perbicangan antara keduanya (curhat). Santi pun menceritakan tentang dirinya yang dijodohkan oleh ayahnya dengan orang yang belum ia kenal. Santi juga menceritakn ketidakbolehan ayahnya untuk mengizinkan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi agar cita-citanya tercapai. Dan tentang pelariannya dari pesantren karena tidak betah di pesantren.
          Dr. Gama pun memiliki curhatan yang sama dengan Santi yaitu, tentang perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya, dan dia menyarankan kepada Santi “seharusnya kamu tidak kabur dari pesantren, itu akan membuat masalah tambah rumit dan akan menimbulkan masalah baru. Dan membuat orang-orang cemas mengkhawatirkan keadaanmu., Mereka begitu karena mereka tidak ingin kehilangan kamu”. Santi terkagum-kagum dengan saran sang Dokter, akhirnya dia merasa ada hati kapada Dr. Gama. Setelah dibujuk oleh Dr. Gama, Santi akhirnya bersedia untuk pulang ke rumah. Santi merasa sangat merepotkan dr. Gama karena telah menumpang di rumahnya lebih dari sebulan.
Paginya, setelah semua barang bawaan Santi telah beres, Santi yang ditemani Dr. Gama pun pergi ke Kampungnya. Perjalanan dari kota Jakarta ke Kampungnya Santi sekitar 12 jam. Akhirnya Santi dan Dr. Gama pun tiba di kampung Santi. Ketika tiba di depan rumah Santi, tiba-tiba ia tersentak melihat bendera kuning dan lafadz innalillahii wainnalllahi roji’un. Santi segera turun untuk melihat apa yang terjadi. Dia langsung masuk kedalam rumah, dan menemukan ayahnya terbaring di tempat tidur dan sudah tak bernyawa. Santi tidak percaya jikalau ayahnya, orang tua yang ia miliki satu-satunya sudah meninggal. Dia terus memanggil-manggil ayahnya seakan ayahnya masih hidup. Dia histeris atas kepergian ayahanda tercintanya. Kemudian ada seorang tetangganya yang membawa Santi masuk kedalam kamar. Lalu si tetangga menceritakan tentang ayahnya yang sakit-sakitan mengkhawatirkan Santi ketika Santi kabur dari pesantren. “ayahmu berpesan kepada saya untuk menyampaikan kepadamu,yaitu kamu di suruh menikah dengan yang namanya Dr. Gama, dia adalah seorang dokter di Jakarta.” Kata si tetangga.
Santi pun terkejut, karena yang akan dijodohkan dengannya adalah pujaan hatinya. Dr. Gama yang kebetulan sedang ada di kamar itu juga ikut terkejut. Santi menyesali perbuatannya, yang membuat pusing ayahnya hingga sang ayah sakit-sakitan terus. Dalam hati Santi berkata “ kalau aku tahu akan seperti ini, aku tidak akan membantah perintah bapak.”(dengan menitihkan air mata sambil memandangi foto ayahnya). Akhirnya Santi dapat mengikhlaskan kepergian ayahnya, walau masih tersimpan rasa penyesalan di hati. Santi pun ikut melihat ayahnya terbaring di tempat peristirahatan terakhirnya. Dengan air mata bercucuran, Santi mencoba untuk tabah….
Setelah sampai di rumah, Santi termenung mengenang canda tawa bersama ayahnya yang kini sudah mninggalkannya untuk selama-lamanya. Kembali air mata Santi menetes, lalu dr. Gama yang melihatnya, sebagai calon suami ia mencoba untuk menenangkannya, dan membawanya ketempat yang nyaman sebagai penghilang stress di pikiran.
7 tahun berselang, Dr. Gama membiayai Santi untuk bersekolah kembali. Impian Santi yang sangat ia impikan akhirnya terkabul. Dia lulus di perguruan tinggi dibidang keperawatan. Dia membantu meringankan pekerjaan Dr.Gama. kemudian Santi dan Dr.Gama menikah. Mereka dikaruniai 2 orang anak dan menjadi keluarga yang bahagia.
*~TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar